Cerita Renungan Kehidupan Si Tukang Kayu
Cerita renungan kehidupan
ini sangat layak anda baca, karena cerita ini dapat memberikan kita
pelajaran. Sebuah kisah dari seorang tukang kayu, tentang totalitas
dalam bekerja, keikhlasan, kejujuran yang kemudian bereffek pada
hidupnya. Cerita renungan kehidupan ini dulu saya posting di blog lama
saya kiriman dari seorang teman teman dan lalu saya posting di catatan
facebook akhir 2009 lalu. Dan kini saya pindahkan ke blog ini,
mudah-mudahan bermanfaat bagi anda yang sedang mencari atau ingin
membaca cerita renungan kehidupan. Berikut adalah ceritanya!
Cerita Renungan Kehidupan Si Tukang Kayu
Seorang
Tukang kayu tua memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya pada seorang
Pengusaha. Setelah sekian puluh tahun mendedikasikan karya-karyanya
dengan maksimal, dia akhirnya memutuskan untuk menikmati masa tua
bersama keluarganya.
Maka dia pun datang menemui sang pengusaha untuk memuluskan maksudnya.
Tukang kayu : ” tuan yang terhormat, saya ingin pensiun. sudah cukup rasanya saya bekerja dan berbakti pada anda selama ini”
Sang Pengusaha: ” sayang sekali, padahal karya-karyamu sangat luar biasa membantu saya selama ini, tapi apa rencanamu selanjutnya?”
Tukang kayu : “saya akan menikmati masa tua saya bersama istri, anak dan cucu-cucu saya sambil mengenang apa saja yang sudah saya lakukan selama ini”
Sang Pengusaha : “baiklah, jika demikian.. sebelum benar-benar pensiun, maukah anda mengerjakan satu rumah lagi, kali ini benar-benar yang terakhir sebagai kenang-kenangan?”
Tukang kayu : ” tuan yang terhormat, saya ingin pensiun. sudah cukup rasanya saya bekerja dan berbakti pada anda selama ini”
Sang Pengusaha: ” sayang sekali, padahal karya-karyamu sangat luar biasa membantu saya selama ini, tapi apa rencanamu selanjutnya?”
Tukang kayu : “saya akan menikmati masa tua saya bersama istri, anak dan cucu-cucu saya sambil mengenang apa saja yang sudah saya lakukan selama ini”
Sang Pengusaha : “baiklah, jika demikian.. sebelum benar-benar pensiun, maukah anda mengerjakan satu rumah lagi, kali ini benar-benar yang terakhir sebagai kenang-kenangan?”
Si Tukang
Kayu yang bakal jadi calon pensiunan Tukang Kayu itu terdiam dan
berpikir. Sang Pengusaha terus mendesaknya agar mau melakukan tugas
terakhir itu. akhirnya dengan berat hati, si Tukang Kayu pun setuju
karena merasa tidak enak pada sang pengusaha yang sudah menjadi tuannya
selama bertahun-tahun itu.
Berikutnya,
dia pun mulai mengerjakan rumah tersebut, tetapi kali ini disertai
dengan perasaan yang tidak sabar untuk segera menyelesaikannya. maka
diapun mengerjakannya dengan asal-asalan. dia memilih kayu yang buruk,
mengerjakan jendela, plafon, pintu dan segalanya terhadap rumah itu
dengan setengah hati dan tidak penuh dedikasi seperti
sebelum-sebelumnya. dalam waktu seminggu selesailah sudah rumah
tersebut. tak sabar rasanya dia hendak segera menyerahkan hasil
pekerjaannya itu, menerima bayaran pensiun dan pergi ke pelukan
keluarganya.
Pada hari
yang sudah ditentukan, Sang Pengusaha pun datang untuk memeriksa hasil
kerja si Tukang Kayu. setelah itu dia lalu menyerahkan kunci pintu depan
pada si Tukang Kayu.
Sang Pengusaha : “terimalah rumah ini sebagai hadiah pensiunmu dari saya”
Tukang kayu : “#@$%^&*@*@*)()()|#@@%!!!!”
Tukang kayu : “#@$%^&*@*@*)()()|#@@%!!!!”
Si Tukang
kayu terkejut, seandainya dia tahu bahwa yang dibangunnya itu adalah
rumahnya sendiri, tentulah dia akan bekerja dengan sikap yang sama
sekali berbeda.
Begitu
pula dengan semua orang, setiap kita membangun rumah kita sendiri, hidup
kita sendiri. selangkah demi selangkah dan kerap dengan setengah hati.
belakangan kita akan terkejut karena harus hidup di rumah yang kita
bangun itu. seandainya bisa terulang kembali, tentu akan kita kerjakan
dengan cara yang lebih baik. tapi, tentu saja kita tidak bisa mengulang
kembali masa lalu.
Kita
adalah si Tukang Kayu, hidup kita adalah proyek yang sedang kita
kerjakan. kerjakanlah dengan sepenuh cinta dan kasih sayang,
sebaik-baiknya. karena pilihan yang kita buat hari ini akan membentuk
masa depan kita.
Disadur
dan dirubah sedikit cara penyampaiannya dari buku “Memberi untuk
Menerima Lebih Banyak” karya : harvey Mckinnon dan Azim Jamal.
0 Response to "Cerita Renungan Kehidupan Si Tukang Kayu"
Post a Comment